Skip to main content

Motivasi tujuan perjalanan wisata

MOTIVASI BERWISATA DAN FAKTOR PENARIKNYA

Secara traditional, pertama-tama mari kita ungkap apa saja kira-kira Motivasi juga “Push dan Pull Factor” berwisata yang bisa menaikkan citra Bali di dunia internasional bahkan di dalam negeri sendiri.

MOTIVASI

Sebelum seseorang melakukan perjalanan wisata, pastinya mereka digerakkan oleh motif untuk melakukan wisata. Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan  pariwisata, karena motivasi merupakan “trigger” dari proses perjalanan wisata.
Motivasi internal yang merupakan factor pendorong dari diri seorang wisatawan, dan motivasi berikutnya  adalah motivasi eksternal yang merupakan factor penarik yang berasal dari atribut-atribut sebuah destinasi.
Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong (push factor) dan faktor-faktor penarik (pull factor). Faktor pendorong umumnya bersifat sosial-psikologis, atau merupakan person specific motivation, sedangkan faktor penarik merupakan destination specific attributes. Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tapi belum jelas daerah / negara mana yang akan dituju.
Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:

  1. Motivasi yang bersifat fisik antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamananm berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya.
  2. Keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain.
  3. Motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang mendatangkan gengsi (prestis), melakukan ziarah.
  4. Motivasi di daerah/destinasi lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis.
  5. Motivasi aktualisasi diri.
  6. Motivasi keamanan

Faktor Pendorong Berwisata (PUSH FACTOR)

Kemudian PUSH FACTOR  umumnya bersifat sosial-psikologis, atau merupakan person specific motivation, sedangkan dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tapi belum jelas daerah mana yang akan dituju.
Berbagai faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata misalnya seperti di bawah ini.

  1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan atau melepaskan kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
  2. Relaxation. Keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas.
  3. Play. Ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan yang merupakan pemunculan kembali sifat kekanak-kanakan dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.
  4. Strengthening Family Bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations).
  5. Pretige. Untuk menunjukkan gengsi dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup yang merupakan dorongan untuk menaikkan status dan derajat sosial.
  6. Social Interaction. Untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.
  7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis untuk memenuhi kebutuhan seksual khususnya dalam pariwisata seks.
  8. Educational Opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain atau daerah lain, atau kebudayaan etnis lain. Hal ini pendorong yang dominan dalam pariwisata.
  9. Self-Fulfilment. Keinginan untuk menemukan jati diri sendiri karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang baru.
  10. Wish Fulfillment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang dicita-citakan sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat agar bisa melakukan perjalanan.
  11. Financial Security. Kemampuan financial masyarakat.
  12. Leisure Time. Menggunakan waktu senggang yang dimiliki

Dari beberapa evaluasi di atas, faktor pendorong pariwisata dapat diprediksi dari jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan, pendapatan perkapitanya, lamanya
waktu senggang yang dimiliki yang berhubungan dengan musim di suatu negara, kemajuan teknologi informasi dan transportasi, sistem pemasaran yang berkembang, keamanan
dunia, sosial dan politik serta aspek lain yang berhubungan dengan fisik dan non fisik wisatawan.

Faktor Penarik Berwisata (PULL FACTOR)

Sedangkan PULL FACTOR  merupakan destination specific attributes. Berbagai faktor penarik yang seharusnya dimiliki oleh daerah tujuan wisata untuk menjadi destinasi
pilihan adalah yang memenuhi “needs dan wants” yaitu:

  1. Cuaca / Iklim Destinasi.
  2. Transportasi, Akses. Akses yang dimaksudkan agar wisatawan dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata baik secara internasional maupun akses ke tempat-tempat wisata pada sebuah destinasi.
  3. Atraksi Pariwisata. Aspek daya tarik suatu destinasi untuk berkatifitas dan mempunyai nilai rekreasi. Setiap destinasi pasti memiliki daya tarik baik daya tarik alam, masyarakat juga budayanya.
  4. Amenities. FAsilitas utama dan pendukung.. Amenities menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama pada sebuah destinasi. Di dalamnya termasuk akomodasi, makanan dan minuman.
  5. Adanya keterlibatan lembaga pariwisata yang akan mendukung sebuah destinasi layak untuk dikunjungi. Aspek kelembagaan ini dapat berupa dukungan lembaga keamanan, lembaga pariwisata sebagai pengelola destinasi dan lembaga pendukung lainnya yang dapat menciptakan kenyamanan wisatawan.
  6. Lingkungan hidup yang alami juga yang buatan.

Faktor penarik lainnya antara lain:

  1. Travel services dan retail advertising juga wholesale marketing
  2. Special event
  3. Incentive perusahaan
  4. Mengunjungi teman-teman dan sanak saudara.
  5. Produk oleh-oleh / buah tangan.

Inti dari pernyataan di atas adalah, aspek penawaran harus dapat menjelaskan apa yang akan ditawarkan, atraksinya apa saja, jenis transportasi yang dapat digunakan apa saja, fasilitas apa saja yang tersedia pada sebuah destinasi, siapa saja yang bisa dihubungi sebagai perantara pembelian paket wisata yang akan dibeli.

SAPTA PESONA PARIWISATA INDONESIA

Beberapa tahun lalu pariwisata Indonesia sempat mengalami kejayaan. Bila dibandingkan dengan masa sekarang, memang secara kuantitas jumlah wisatawan terus meningkat, namun seharusnya sudah lebih jauh dari itu.
Pada program Visit Indonesia Year 1991 dahulu dikampanyekan program Sapta Pesona. Hal tersebut menunjukkan hasil yang memuaskan terbukti dengan terlampuinya target kunjungan wisata.
Pada program pengembangan pariwisata Bali sekarang ini agaknya saya masih kepincut dan terkesima dan “flash back” dengan  rumusan program Sapta Pesona yang nampak sederhana namun pernah meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada “missing link” untuk suatu kampanye pariwisata berkesinambungan masa kini.
Logo Sapta Pesona dilambangkan dengan Matahari yang bersinar sebanyak 7 buah yang terdiri atas unsur:

  1. Keamanan
  2. Ketertiban
  3. Kebersihan
  4. Kesejukan
  5. Keindahan
  6. Keramahan
  7. Kenangan

 

Sapta Pesona Logo

Comments

Popular posts from this blog

PHB KD 3.6 Sulaman Aplikasi

  SULAM APLIKASI A.     PENGERTIAN SULAM APLIKASI Sulaman aplikasi merupakan salah satu sulaman dengan teknik lekapan  yaitu sulaman yang ragam hiasnya dibentuk dari bahan lain kemudian ditempelkan pada permukaan kain. Bahan tempelan untuk membentuk ragam hias dapat berupa kain, benang  kasar, pita atau tali dan payet.Lekapan ini bermacam-macam sesuai dengan bahan tempelan yang digunakan. Adapun jenis jenis sulaman aplikasi ini yaitu sulaman inkrustasi, sulaman melekatkan benang atau tali, melekatkan payet dan quilting. B.      RAGAM  SULAM APLIKASI. Ragam  sulaman aplikasi antara lian : 1.       Aplikasi Cina,dengan ciri tidak bercorak,  ragam hias dibentuk dari kain yang tidak bercorak  dari bahan polos yang digunting sesuai desain. 2.      Aplikasi Persia,ciri-cirinya  bercorak.Pada aplikasi persia kita tidak perlu mendesain ragam hiasnya karena kita hanya mengambil ragam hias yang sudah ada pada kain tersebut, kemudian disusun di atas permukaan kain dan ditempelkan dengan tusuk. C.

ALat-alat untuk menghias kain

Kegiatan belajar 1 meliputi pengenalan alat dan bahan yang diperlukan untuk menyulam.   a.    Tujuan Kegiatan Pemelajaran      Pada akhir kegiatan pemelajaran tentang alat dan bahan untuk menyulam, peserta diklat mampu : 1).   menyebutkan minimal lima alat yang digunakan untukmenyulam 2).   menyebutkan kain yang sesuai untuk menyulam 3).   menyiapkan alat, benang dan kain untuk praktek membuat tusuk hias sulaman   b.    Uraian Materi 1.     Alat yang digunakan untuk menghias kain adalah: 1   7                                       Gambar 2.1 alat-alat menghias kain       Keterangan gambar : 1.       Rader 2.       gunting kecil 3.       Gunting besar 4.       Benang sulam 5.       Jarum tangan dengan berbagai ukuran 6.       Karbon jahit/ racing paper 7.       Bantal jarum dan jarum pentul 8.       Kapur jahit 9.       Pendedel 10.   

Pola Daster Model Sederhana

  Daster jadi salah satu pakaian favorit kaum hawa. Pola daster dengan potongan longgar di bagian pinggang hingga lutut membuat kaum wanita nyaman mengenakannya untuk beraktivitas di rumah. Motif dan warna daster yang semakin bervariasi juga membuat model pakaian yang satu ini digemari. Asal Muasal Daster Sebelum Buat Pola Daster Bersumber dari  Wimuseum.org ,  duster  yang kita kenal sebagai daster merupakan jubah mantel panjang yang dibuat dari material yang ringan dengan potongan yang longgar. Di Amerika Barat pada abad ke-19, daster tidak dikenakan oleh kaum wanita di rumah.  Duster  ternyata justru dikenakan oleh para koboi untuk melindungi diri mereka dari debu-debu jalanan. Duster  menjadi pilihan para koboi untuk dikenakan sehari-hari mengingat mobil yang mereka kendarai umumnya mempunyai atap yang terbuka. Selain model atap yang terbuka, kala itu mobil belum dilengkapi dengan kaca depan dan juga jendela-jendela. Kondisi inilah yang menyebabkan para koboi membutuhkan pa