Peluang Pasar dan Usaha di Bidang Busana
Peluang pasar yang ada di sekitar sangat banyak . Namun hal itu tidak bisa dilakukan di sembarang tempat dan waktu. Perlu kajian dan survei yang mendalam terkait keuntungan dan kerugiannya. setiap wirausahawan harus mampu melihat peluang usaha yang dimiliki agar dapat membangun usahanya tanpa dihantui kerugian. Siswa SMK, meskipun belum lulus sudah bisa menjadi seorang wirausaha di bidang fesyen. Dari skala usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) kalian bisa mengembangkannya sehingga menjadi usaha besar dengan banyak karyawan. Berwirausaha tentu saja sangat mudah dilakukan oleh seseorang yang sekolah di bidang Busana (Fesyen). Bahkan, kalian bisa memilih bidang wirausaha busana yang sesuai dengan passion kalian, contohnya bisnis fesyen, usaha menjahit perseorangan, usaha sablon, modiste, reselier produk fesyen, membuka laundri bahkan berjualan pakaian secara online Indonesia, dengan tingkat keragaman masyarakat yang tinggi, jenis produk pakaian yang dijajakan sangat luas dan terus berkembang. Karena itu, untuk memulai usaha ini, ada baiknya, kalian fokus ke segmen pasar tertentu. Segmen pasar bisa dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin dan gaya hidup. Nah, keadaan ini akan menjamin usaha kita untuk bisa maju, dengan menjadi kebutuhan yang utama tentunya kita tidak akan sulit untuk mencari konsumen bukan? Kunci fokus dalam menggarap satu segmen pasar menjadi keberhasilan beberapa pengusaha pakaian. Lihat saja, brand Gaudi yang dikembangkan oleh Nathalia Napitupulu dan Janet Dana. Mereka sukses membangun Gaudi hingga memiliki 26 gerai, karena fokus menggarap pasar remaja hingga pekerja muda. Dua sahabat ini pun bisa meraup omzet hingga miliaran rupiah dari penjualan produk fashion‐nya. Jika kalian sudah mengenal pasar dengan baik, tidak ada salahnya memiliki label dan membuat produk fesyen sendiri. Namun, untuk menjadi produsen, ada beberapa poin yang harus diperhatikan.
1. Pertama, kalian harus memahami benar soal pasokan bahan baku, baik kain dan aksesori pelengkapnya. Tentu saja, kalian harus mengetahui tempat berburu bahan baku yang berkualitas dengan harga miring.
2. Kedua, kalian harus memutuskan proses produksi ini, dengan menjahit sendiri atau menyerahkan proses produksi ke pihak luar. Jika ingin menjahit sendiri, kalian harus menganggarkan modal lebih besar untuk membuat konveksi. Kalian juga bisa mengadopsi sistem maklun atau cut, make, & trim (CMT), yakni menyerahkan pakaian contoh ke perusahaan konveksi. Tentu saja, jika memilih cara kedua, kalian harus mencari konvektor yang mampu menggarap pakaian sesuai dengan spesifikasi kalian. Monica menerapkan strategi maklun ini dalam menjalankan usahanya. Ia memasok bahan baku dan sampel pakaian yang akan dibuat. Perusahaan konveksinya itu sekaligus akan membuat turunan pakaian dalam beberapa ukuran.
Comments
Post a Comment