Skip to main content

Teknologi Menjahit KD 3.1 K3LH

 

    KEGIATAN BELAJAR 1

 

      a. Tujuan kegiatan pembelajaran.

 

     1). Peserta diklat dapat menjelaskan pengertian dan tujuan K3.

     2). Peserta diklat dapat mengetahui undang-undang ketenaga kerjaan

     3). Peserta diklat dapat memahami prosedur bekerja dengan aman

          4). Peserta diklat dapat memahami prosedur mencegah kebakaran dan hal-       hal yang berkaitan dengan keamanan.  

      

 

b. Uraian Materi 1

 

        1). Pengertian Kesehatan, Keselamatan dan keamanan kerja.

    

         Kesehatan kerja

     Adalah suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan mencegah       pencemaran di sekitar tempat kerjanya (masyarakat dan lingkungannya)

 

   Keselamatan kerja

     Adalah upaya agar pekerja selamat ditempat kerjanya sehingga terhindar      dari kecelakaan, termasuk juga untuk menyelamatkan peralatan serta hasil produksinya.

 

   Keamanan

        Adalah upaya agar pekerja merasa tentram dan aman ditempat kerjanya.

 

 

2). Tujuan Kesehatan, Keselamatan, dan keamanan dalam bekerja  serta ruang lingkupnya.

 

a). Melindungi Tenaga Kerja atas hak keselamatan dalam melakukan        pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

 

b). Menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain yang berada di  tempat dan di sekitar pekerjaan itu.

 

  c). Menjamin terpeliharanya sumber produksi dan pendaya gunaan secara

      aman, efisien dan efektif.

 

  d). Menjaga keamanan hasil produksi.

       Khusus dari segi kesehatan, mencegah dan membasmi penyakit dari 

       kecelakaan akibat kerja.

 

 3). Undang-undang ketenaga kerjaan.

 

Undang-undang nomor 14 tahun 1969 pasal 9 mengutarakan bahwa :

“ Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan moral agama “.

 

 

 

 

Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja berisi syarat keselamatan kerja, yaitu :

 

a.    Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b.    Mencegah mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c.    Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d.    Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

          kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e.    Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f.     Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g.    Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar laut atau radiasi, suara dan getaran.

h.    Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

i.     Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j.     Menyelenggarakan suhu udara yang baik.

k.    Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l.     Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m.  Memperoleh keserasian antara proses kerja.

n.    Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.

o.    Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p.    Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

q.    Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

r.     Mencegah terkena aliran listrik.

s.    Menyesuaikan dan menyempurkan pengamatan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya mencegah bertambah tinggi.

  

4). Memahami prosedur bekerja dengan aman.

 

Cara kerja sangat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja, dimana cara kerja tersebut dipertimbangkan dari segi teknis dan ekonomis.

    Jika seorang pekerja tidak bekerja sesuai dengan cara kerja yang telah ditentukan maka biasanya akan terjadi kecelakaan atau gangguan keselamatan kerja.

 

    Dari segi ekonomis, meningkatnya produksi ini ditunjang juga dengan lingkungan dan kondisi kerja yang baik. Dengan demikian kesehatan dan keselamatan kerja yang dibutuhkan adalah

 

    a). Mencegah dan mengurangi kecelakaan

    b). Membuat jalan penyelamatan jika terjadi suatu kejadian yang berbahaya.

    c). Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan.

    d). Memberi peralatan pelindung pada para pekerja.

    e) Mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja seperti : penerangan,

    kebersihan udara dsb.

         f). Memelihara kebersihan pekerja, perkakas kerja, lingkungan, cara dan

    proses kerja.

        g). Memelihara kebersihan dan ketertiban kerja.

h). Mengusahakan keserasian antara pekerja, perkakas kerja, lingkungan,     cara dan proses kerja.

 i). Mengamankan daerah-daerah, bahan dan sumber-sumber yang berbahaya dengan pengaman yang sesuai dan sempurna.

 

Suatu kecelakaan mungkin saja dapat terjadi dikarenakan faktor-faktor berikut ini

 

a). Kesalahan lingkungan tempat kerja, seperti adanya susunan tata ruang 

         yang membahayakan.

    b). Perlengkapan dan material yang membahayakan, seperti material yang 

         kasar dan tajam, konstruksi kurang sempurna.

    c). Penggunaan peralatan yang tidak berpengalaman secara sempurna.

d). Penggunaan bahan yang berbahaya seperti bahaya racun atau bahan   yang  merusak organ tubuh.

    e). Manusianya sendiri, seperti sifat mental, pengetahuan dan keterampilan

         serta sikap yang tidak menunjang.

 

 5). Memahami prosedur mencegah kebakaran.

 

Menurut Perda DKI Jakarta No. 3 tahun 1992, kebakaran didefinisikan   suatu peristiwa  atau kejadian timbulnya api yang tidak terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda.

 

      Bahaya kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa korban jiwa maupun harta benda/properti. Sedangkan kerugian lain yang tidak dapat dihitung seperti menurunnya moral kerja, trauma dan rasa was-was yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap prestasi kerja bahkan dapat mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan.

 

 

          Tabel 2.1                            KLASIFIKASI KEBAKARAN

 

 

   KELAS A  

 

Kebakaran melibatkan bahan-bahan padat bukan logam biasanya merupakan bahan organik seperti kayu, bahan-bahan yang mengandung selulosa, karet, kertas dan berbagai jenis plastik dan serat-serat alam.

 

 

    KELAS B

 

Kebakaran yang melibatkan cairan dan gas dapat berupa pelarut, pelumas, produk minyak bumi, bensin, dan cairan yang mudah terbakar lainnya.

 

 

    KELAS C

 

Kebakaran yang melibatkan perlengkapan listrik yang bertegangan seperti kabel, stop kontak dan kontak sekring.

 

 

    KELAS D

 

Kebakaran pada logam seperti : magnesium, zirconium, titanium, natrium, lithium dan senyawa natrium kalium.

 

 

 

           PENYEBAB KEBAKARAN

 

Pada umumnya penyebab kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 faktor yaitu 

 

a). Faktor manusia         

   - Tidak mau tahu/kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan   kebakaran.

-   Menyimpan/menyusun bahan yang tidak pada tempatnya, misalnya menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di dekat pipa uap atau pipa pembuangan yang panas.              

-      Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, melebihi kapasitas yang telah ditentukan.

-      Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin.

-      Adanya unsur kesengajaan.

-            Kegagalan pengelola dalam penerapan pencegahan dan pengendalian kebakaran sebagai suatu kesatuan prosedur perencanaan dan prosedur operasional/pelaksanaan.

 

b).  Faktor teknis.

-     Melalui proses fisik/mekanis dimana dua faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini ialah timbuilnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat dari pengetesan benda-benda, maupun adanya api terbuka.

-     Melalui proses kimia yaitu terjadi sewaktu-waktu, pengangkutan bahan-bahan kimia berbahaya, penyimpanan tanpa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada.

-    Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau membakar komponen yang lain.

 

           c).  Faktor alam.

-    Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat dari faktor alam.

-     Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas, juga perumahan-perumahan yang dilalui oleh lahar panas.

 

 

            Dengan meniadakan salah satu faktor tersebut api akan padam. hal ini dapat ditempuh dengan cara :

        

- Mematikan    :       Menjauhkan bahan bakar atau bahan-bahan lainnya   yang      mudah  terbakar.

           - Menutupi       :       Mengurangi oksigen di udara disekitar kebakaran. Ini    dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan busa, pasir atau tanah  pada permukaan bahan bakar.                                              .

            - Pendinginan   :        Menurunkan suhu benda-benda yang terbakar dibawah suhu nyalanya. Hal ini dapat dicapai dengan cara menyemprotkan air.

 

 

ALAT PEMADAM API RINGAN ( APAR )

 

APAR digunakan untuk memadamkan kebakaran pada tahap dini atau awal. Jenisnya disesuaikan dengan klasifikasi kebakaran di gerdung tersebut. Berikut ini adal;ah tabel klasifikasi kebakaran berdasarkan bahan yang terbakar dan jenis APAR yang dapat digunakan.

 

 

Tabel 2.2 Klasifikasi kebakaran berdasarkan bahan yang terbakar dan jenis APAR  yang dapat digunakan.

 

Kelas kebakaran

Bahan yang terbakar

  Media pemadaman

Jarak terdekat dengan      alat pemadam

       A   

Kertas, kayu, kain beberapa bahan karet dan bahan plastik

-  Air

- Bubuk kering (Dry               powder)

- Busa (foam)

          75 Kaki

      B

Cairan, gas dan bahan padat yang dapat larut dan menyala, seperti : pelarut, minyak, cat dll

- Busa(foam)

- Air

Bubuk kering       (Dry     powder)

- CO2

- Halogen

         50 kaki

      C

Peralatan listrik

- Halogen

- CO2

-Bubuk kering         (dry powder)

Tidak spesifik

Maximum:terdistribusi

     D

Logam yang dapat terbakar, seperti magnesium, titanium, zirconium, sodium, lithium dan potassium

Pemilihan jenis Apar harus sangat hati-hati karena harus diketahui secara spesifik jenis logam yang terbakar. Bubuk kering khusus pasir.

           75 kaki

 

 

Upaya penyelamatan jiwa merupakan upaya untuk membimbing orang kejalan keluar, mengarahkan agar jauh dari daerah berbahaya dan mencegah terjadinya  kepanikan. Agar semua tujuan tersebut tercapai maka perlu disediakan sarana penyelamatan jiwa  beserta kelengkapannya, yaitu sebagai berikut :

 

·         Sarana jalan keluar

Sarana jalan keluar yang digunakan pada saat kebakaran harus bebas    dari halangan yang mengakibatkan pergerakan evakuasi menjadi terhambat.

 

·         Pintu darurat

Pintu darurat harus tahan api. Pintu darurat juga harus diber tanda sehingga dapat dibedakan dengan pintu lain.

 

·       Penerangan darurat.

Pada peristiwa kebakaran biasanya disertai dengan pemadaman aliran listrik utama. Oleh sebab itu penerangan darurat sangat penting sebagai sumber energi cadangan untuk penerangan, baik untuk tanda arah jalan keluar maupun jalur evakuasi. Timbulnya produk pembakaran, seperti asap memperburuk keadaan karena kepekatan asap membuat orang sulit untuk melihat.

 

·         Tanda petunjuk jalan keluar

Arah jalan keluar diberi tanda sehingga dapat terlihat dengan jelas dan dapat dengan mudah ditemukan. Dalam keadaan terancam biasanya muncul keragu-raguan dan respon yang terlambat dalam menuju arah jalan keluar. Karena dalan suatu gedung atau bangunan mungkin saja ada pegawai baru yang tidak mengenal dengan baik letak jalan keluar gedung tersebut.

 

 

6). Memahami hal-hal yang berkaitan dengan keamanan.

 

        Tabel 2.3 Peringatan bahaya berikut ini harus selalu diperhatikan di area kerja.

 

PENGAWASAN       

Tidak diperkenankan mengoperasikan mesin tanpa pengawasan.

SEPATU       

Sepatu yang sesuai (tumit rendah, tertutup) harus digunakan di area kerja sepanjang waktu demi pengendalian dan keamanan diri. Jangan pernah dalam kondisi apapun mengoperasikan mesin tanpa alas kaki.

RAMBUT      

Rambut yang panjang harus di ikat kebelakang. Bila rambut kurang panjang untuk di ikat, gunakan jepit atau jala untuk mencegah rambut jatuh ke wajah.

PAKAIAN

Pakailah pakaian yang pas atau tidak terlalu longgar, terutama di daerah lengan. Jangan memakai dasi atau pita. Selendang harus diikat dengan baik (jangan longgar).

PERHIASAN 

Dilanggar memakai kalung yang panjang. Tidak dianjurkan memakai cincin, gelang atau anting jam tangan rantai.

KUKU JARI   

Tidak boleh terlalu panjang.

JARI  

Jauhkan jari dari jarum mesin dan bagian-bagiannya yang bergerak.

TANGAN

Bila memakai tangan untuk memutar roda mesin agar seimbang, janganlah memakai jari tetapi memakai telapak tangan.

MEMASANG BENANG

PADA MESIN

Matikan mesin dan kaki diangkat dari pedal ketikamemasang ulang benang, atau mengganti jarum atau sekoci.

PENANGANAN KAIN

Penyuapan / pemasukan kain untuk dijahit ke dalam mesin harus dari samping sepatu menggunakan jari-jari tangan      bukan dari depannya.

PEDAL

Harus selalu diingat bahwa pedal juga merupakan rem. Menekan bagian belakang pedal dengan tumit akan menghentikan mesin.

MENINGGALKAN MESIN

Selalu matikan mesin bila sedang tidak digunakan. Fasilitator anda akan memberi tahu anda mengenai cara-caranya.

KEBISINGAN

Jangan membuat suara keras atau gerakan mendadak yang dapat mengejutkan orang lain yang sedang mengoperasikan mesin, karena dapat menimbulkan kecelakaan.

KECELAKAAN

Jangan panik jika terjadi kecelakaan. Beritahu orang terdekat agar dapat mencarikan bantuan.

KERUSAKAN MESIN

Segera beritahu fasilitator bila terjadi kerusakan atau ketidak beresan kerja mesin.

KERAPIHAN DAN    

KEBERSIHAN

Jangan meninggalkan sisa-sisa potongan kain atau tas di lantai.

SIKAP DAN KEBIASAAN  

Selalu bertindak dengan penuh tanggung jawab. Mesin-mesin industri sangat berbahaya.

MAKANAN DAN MINUMAN.   

Jangan membawa makanan dan minuman ke dalam area kerja.

 

Comments

  1. Nama: Esrani Moriska Br. Sinaga
    Jurusan: Tata Busana
    Kelas: X
    Hadir bu

    ReplyDelete
  2. Nama:m.rafhul aduwiya
    Tata busana
    Kls:x
    Hadir buk

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PHB KD 3.6 Sulaman Aplikasi

  SULAM APLIKASI A.     PENGERTIAN SULAM APLIKASI Sulaman aplikasi merupakan salah satu sulaman dengan teknik lekapan  yaitu sulaman yang ragam hiasnya dibentuk dari bahan lain kemudian ditempelkan pada permukaan kain. Bahan tempelan untuk membentuk ragam hias dapat berupa kain, benang  kasar, pita atau tali dan payet.Lekapan ini bermacam-macam sesuai dengan bahan tempelan yang digunakan. Adapun jenis jenis sulaman aplikasi ini yaitu sulaman inkrustasi, sulaman melekatkan benang atau tali, melekatkan payet dan quilting. B.      RAGAM  SULAM APLIKASI. Ragam  sulaman aplikasi antara lian : 1.       Aplikasi Cina,dengan ciri tidak bercorak,  ragam hias dibentuk dari kain yang tidak bercorak  dari bahan polos yang digunting sesuai desain. 2.      Aplikasi Persia,ciri-cirinya  bercorak.Pada aplikasi persia kita tidak perlu mendesain ragam hiasnya karena kita hanya mengambil ragam hias yang sudah ada pada kain tersebut, kemudian disusun di atas permukaan kain dan ditempelkan dengan tusuk. C.

ALat-alat untuk menghias kain

Kegiatan belajar 1 meliputi pengenalan alat dan bahan yang diperlukan untuk menyulam.   a.    Tujuan Kegiatan Pemelajaran      Pada akhir kegiatan pemelajaran tentang alat dan bahan untuk menyulam, peserta diklat mampu : 1).   menyebutkan minimal lima alat yang digunakan untukmenyulam 2).   menyebutkan kain yang sesuai untuk menyulam 3).   menyiapkan alat, benang dan kain untuk praktek membuat tusuk hias sulaman   b.    Uraian Materi 1.     Alat yang digunakan untuk menghias kain adalah: 1   7                                       Gambar 2.1 alat-alat menghias kain       Keterangan gambar : 1.       Rader 2.       gunting kecil 3.       Gunting besar 4.       Benang sulam 5.       Jarum tangan dengan berbagai ukuran 6.       Karbon jahit/ racing paper 7.       Bantal jarum dan jarum pentul 8.       Kapur jahit 9.       Pendedel 10.   

Pola Daster Model Sederhana

  Daster jadi salah satu pakaian favorit kaum hawa. Pola daster dengan potongan longgar di bagian pinggang hingga lutut membuat kaum wanita nyaman mengenakannya untuk beraktivitas di rumah. Motif dan warna daster yang semakin bervariasi juga membuat model pakaian yang satu ini digemari. Asal Muasal Daster Sebelum Buat Pola Daster Bersumber dari  Wimuseum.org ,  duster  yang kita kenal sebagai daster merupakan jubah mantel panjang yang dibuat dari material yang ringan dengan potongan yang longgar. Di Amerika Barat pada abad ke-19, daster tidak dikenakan oleh kaum wanita di rumah.  Duster  ternyata justru dikenakan oleh para koboi untuk melindungi diri mereka dari debu-debu jalanan. Duster  menjadi pilihan para koboi untuk dikenakan sehari-hari mengingat mobil yang mereka kendarai umumnya mempunyai atap yang terbuka. Selain model atap yang terbuka, kala itu mobil belum dilengkapi dengan kaca depan dan juga jendela-jendela. Kondisi inilah yang menyebabkan para koboi membutuhkan pa